November 20, 2012

Cahaya Yang Gemerlap


Terkadang hidup ini lalai dengan keenakan dunia dan terlena dengan keasyikannya, bila hati itu keras maka timbullah rasa dan kesedaran bahawa bahawa diri ini telah jauh dengan-Nya lagi2 rahmat-Nya, amat jauh sekali....

Tanyakan pada diri dimanakah iman dan taqwa, tidak cukup hanya mengatakan dengan lidah dan hati tapi mata dan perbuatan tidak terjaga...

Di dunia ini hanya sekali hidup, hanya satu nyawa pada satu jasad. Peluang mungkin hanya sekali untuk bertaubat, selagi roh masih lagi di jasad bertaubatlah, pintu taubat sentiasa terbuka untuk orang-orang yang bertaubat...... ingatilah mati, mati……..

Mengingati diri sendiri bahawa syaitan itu adalah musuh ketat dan amat nyata lagi kejahatannya tapi sebagai manusia biasa akan tergoda juga, maka sebagai seorang manusia memang seharusnya melawannya dengan iman dan taqwa.…

Di dunia ini tiada seorangpun yang tak pernah melakukan kesilapan, oleh itu orang yang lebih baik sekali adalah orang yang sentiasa bertaubat dan menyesali akan kesilapannya yang lalu........

Apabila kita menyuruh kepada kebaikan ataupun menyuruh orang lain buat kebaikan tapi bagaimana sedangkan kita sendiri ada kesilapan, dan perkara itulah kita sendiri harus perbetulkan......berusaha untuk untuk melakukan apa kita suruh orang lain lakukan.....

Ingatlah.........kita tidak jadi baik kerana kita berada di tempat yang baik, tapi kita akan jadi baik kerana kita berusaha untuk menjadikan kebaikan dimanapun kita berada. Di manapn kita berada kita harus berperanan sebagai hamba Allah yang dilahirkan di dunia dengan amanah yang besar amanah itu dimana kita berada kita mulia kerananya.......

Jalan yang satu


Masih aku disini menanti hari
Detik waktu yang belum pasti menjadi
milikku seketika langkah terhalang
taatkala hari menggelap,

Merangkak-rangkak aku dibawah
Cahaya rembulan hanya samar-samar
cahaya menyuluh meneruskan langkah
berterusan untuk menagih kasih Ilahi,

Ku bukan di rimba tapi perpasiran
penuh duri di perjalanan menusuk qalbu 
menguji imanku hanya sabar jalan yang terbaik 
asam dan garam terkadang kepahitan,

Bukan hanya satu tapi jalan yang
penuh berliku terkadang lalai dalam 
mencari cahaya sinar yang hadir bila ada 
sahabat setia menunjuk arah yang pasti
 itulah destinasi,

Jauhnya perjalanan hanya sendiri
meninggalkan desa keluarga tecinta
hanya pengorbanan untuk menagih sesuap 
ilmu meniti kasih jejak khalifah.

October 22, 2012

DI KEJAUHAN INI HANYA IBU



anak sepupu, macam pitri salji pulak.
anak sepupu, mcam putri salji la pulak.

Kasih Ibu…
Ku disini terkenang kasihmu
semalam saat kecilku mesra
belaianmu dan kini ku telah dewasa
tapi kasihmu tetap di ingati,

Bagai darah dengan daging
ikatan yang pasti tak akan putus
mampukah ku ganti dengan intan
permata betapa tinggi kasihmu ibu,

Ke sana ke mari mencari rezki penat
lelah tidak kau endahkan pahit manis
telah ibu rasakan bergadai nyawa untuk
melahirkan,

Beribu batu jauh ku tinggalkan
untuk mencari sebuah impian kini
ku sendiri cuba mengenal erti berdikari
bersama teman mengikat ukhuwah,

Masih segar di ingatanku nasihat
Ibu cukup bererti meneruskan perjalanan
banyak onak dan durinya teruslah cekal
dalam mencari kasih Ilahi,

Kata ibu bila sayang tinggal-tinggalkan
bila rindu jauh-jauhkan sedangkan kasih
dan sayang tak pernah berjarak
kini ku mengharap moga Tuhan membalas
jasamu pasti syuga adalah tempatmu.

October 20, 2012

Berilah Ibuku Seorang Menantu


Hikayat Ketika Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh

Ada saja cara Abu Nawas berdoa agar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, akhirnya Abu Nawas mendapatkan istri yang cantik dan shalihah.

Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa. Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.

Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

“Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah,” ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya. Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.

“Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku,” katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani “maksa” kepada Allah seperti doa sebelumnya.

“Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku,” begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga. Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia. Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.

Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya.

“Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu,” begitu doa Abu Nawas.

Barangkali karena keikhlasan dan “keluguan” Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.

Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.