October 22, 2012

DI KEJAUHAN INI HANYA IBU



anak sepupu, macam pitri salji pulak.
anak sepupu, mcam putri salji la pulak.

Kasih Ibu…
Ku disini terkenang kasihmu
semalam saat kecilku mesra
belaianmu dan kini ku telah dewasa
tapi kasihmu tetap di ingati,

Bagai darah dengan daging
ikatan yang pasti tak akan putus
mampukah ku ganti dengan intan
permata betapa tinggi kasihmu ibu,

Ke sana ke mari mencari rezki penat
lelah tidak kau endahkan pahit manis
telah ibu rasakan bergadai nyawa untuk
melahirkan,

Beribu batu jauh ku tinggalkan
untuk mencari sebuah impian kini
ku sendiri cuba mengenal erti berdikari
bersama teman mengikat ukhuwah,

Masih segar di ingatanku nasihat
Ibu cukup bererti meneruskan perjalanan
banyak onak dan durinya teruslah cekal
dalam mencari kasih Ilahi,

Kata ibu bila sayang tinggal-tinggalkan
bila rindu jauh-jauhkan sedangkan kasih
dan sayang tak pernah berjarak
kini ku mengharap moga Tuhan membalas
jasamu pasti syuga adalah tempatmu.

October 20, 2012

Berilah Ibuku Seorang Menantu


Hikayat Ketika Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh

Ada saja cara Abu Nawas berdoa agar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, akhirnya Abu Nawas mendapatkan istri yang cantik dan shalihah.

Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa. Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.

Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

“Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah,” ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya. Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.

“Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku,” katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani “maksa” kepada Allah seperti doa sebelumnya.

“Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku,” begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga. Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia. Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.

Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya.

“Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu,” begitu doa Abu Nawas.

Barangkali karena keikhlasan dan “keluguan” Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.

Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.


October 5, 2012

Hanya Yang Mengenal Erti “CINTA”



Bila bicara tentang cinta ada yang tersenyum sendiri, dan ada yang tersipu malu. Mungkin hamba ini tidak pernah mengenal erti cinta juga mungkin tak pernah alami perasaan cinta, walau apapun cinta itu tetap hadir dalam diri cuma tanpa disedari, sedangkan untuk mendapat cinta yang selayaknya, iaitu cinta agung lagi mulia, untuk itu hanya perlu cinta kepada Sang Pencipta ALLah dan Kekasih-Nya MUHAMMAD, itu adalah cinta yang kekal abadi.
Ramai diantara sahabat-sahabat berbicara tentang soal cinta tapi lebih kepada cinta insani, boleh dikatakan itu adalah fitrah manusia, manusia normal la tu. Semua insan ada cita-cita, ada perasaan, tapi cukuplah sekadar di pendamkan di dalam hati. Sekadar menanda seseorang yang kita sukai adalah bukan menjadi kesalahan, tapi pada hari boleh dilihat, begitu jelas sekali kerana rasa cinta itu telah disalah ertikan.

Yang disalah ertikan itu adalah cinta insan yang tidak halal, yang bukan hak miliknya, sedangkan cinta adalah suci. Dengan pernikahan itulah yang dinamakan cinta yang suci, setelah diijab kabulkan. Islam agama yang suci dan telah memberi aturan yang betul serta tidak menyusahkan umatnya.

Dan pada hari ini dimanakah kesucian itu, dimana ikhtilat? Senang-senang meletakkan seseorang itu adalah kekasih tanpa ikatan yang halal, saling berbalas sms, bertemu mata bahkan berpegang tangan tanpa rasa malu sedikitpun. Saling merindui yang bukan haknya, alangkah indahnya jika yang dirindui itu adalah yang halal bagi kita.

Sebagai manusia biasa tiada sesiapa yang dapat menghindarkan diri dari mencintai seseorang meskipun seseorang yang belum kita kenali, sekiranya kita sudah bersedia dari segenap sudut maka seharusnya kita perlu lebih bersikap serius, yakin pada diri dan mengharap Redha Ilahi.

Perkataan cinta dibanyak ertikan, adakah cinta buta, cinta kerana nafsunya, Cinta kepada Pencipta ataupun cinta kepada makhluk, cinta juga adalah pengorbanan, adakalanya cinta memerlukan pengorbanan untuk untuk orang yang kita sayangi, untuk ibu dan ayah, juga sahabat.

Sesuatu yang kita tidak jangka akan terjadi pada diri kita sendiri, bagaimana jika suatu hari nanti sahabat yang paling akrab dengan kita akan menikah dengan orang yang kita paling sayangi atau cintai selama ini, itulah yang kita perlu korbankan.

Walaupun Jauhnya perjalanan yang telah kita jelajahi untuk mencapai cita-cita tapi terkadang bersama jua cinta yang kita kejarkan bukan menyalahkan pada cinta tapi pada diri sendiri. Haruskah terleka hanya kerana cinta. Ramai yang menyuruh “Kejarlah cita-cita sebelum mengejar cinta”, tapi hakikatnya cinta dan cita-cita tidak boleh dipisahkan, itu kerana ada di antara sahabat yang mengatakan cinta itu terkadang boleh membawa perubahan, ajaibkah cinta….?  Hanya yang mengenal erti cinta……