November 20, 2012

Cahaya Yang Gemerlap


Terkadang hidup ini lalai dengan keenakan dunia dan terlena dengan keasyikannya, bila hati itu keras maka timbullah rasa dan kesedaran bahawa bahawa diri ini telah jauh dengan-Nya lagi2 rahmat-Nya, amat jauh sekali....

Tanyakan pada diri dimanakah iman dan taqwa, tidak cukup hanya mengatakan dengan lidah dan hati tapi mata dan perbuatan tidak terjaga...

Di dunia ini hanya sekali hidup, hanya satu nyawa pada satu jasad. Peluang mungkin hanya sekali untuk bertaubat, selagi roh masih lagi di jasad bertaubatlah, pintu taubat sentiasa terbuka untuk orang-orang yang bertaubat...... ingatilah mati, mati……..

Mengingati diri sendiri bahawa syaitan itu adalah musuh ketat dan amat nyata lagi kejahatannya tapi sebagai manusia biasa akan tergoda juga, maka sebagai seorang manusia memang seharusnya melawannya dengan iman dan taqwa.…

Di dunia ini tiada seorangpun yang tak pernah melakukan kesilapan, oleh itu orang yang lebih baik sekali adalah orang yang sentiasa bertaubat dan menyesali akan kesilapannya yang lalu........

Apabila kita menyuruh kepada kebaikan ataupun menyuruh orang lain buat kebaikan tapi bagaimana sedangkan kita sendiri ada kesilapan, dan perkara itulah kita sendiri harus perbetulkan......berusaha untuk untuk melakukan apa kita suruh orang lain lakukan.....

Ingatlah.........kita tidak jadi baik kerana kita berada di tempat yang baik, tapi kita akan jadi baik kerana kita berusaha untuk menjadikan kebaikan dimanapun kita berada. Di manapn kita berada kita harus berperanan sebagai hamba Allah yang dilahirkan di dunia dengan amanah yang besar amanah itu dimana kita berada kita mulia kerananya.......

Jalan yang satu


Masih aku disini menanti hari
Detik waktu yang belum pasti menjadi
milikku seketika langkah terhalang
taatkala hari menggelap,

Merangkak-rangkak aku dibawah
Cahaya rembulan hanya samar-samar
cahaya menyuluh meneruskan langkah
berterusan untuk menagih kasih Ilahi,

Ku bukan di rimba tapi perpasiran
penuh duri di perjalanan menusuk qalbu 
menguji imanku hanya sabar jalan yang terbaik 
asam dan garam terkadang kepahitan,

Bukan hanya satu tapi jalan yang
penuh berliku terkadang lalai dalam 
mencari cahaya sinar yang hadir bila ada 
sahabat setia menunjuk arah yang pasti
 itulah destinasi,

Jauhnya perjalanan hanya sendiri
meninggalkan desa keluarga tecinta
hanya pengorbanan untuk menagih sesuap 
ilmu meniti kasih jejak khalifah.

October 22, 2012

DI KEJAUHAN INI HANYA IBU



anak sepupu, macam pitri salji pulak.
anak sepupu, mcam putri salji la pulak.

Kasih Ibu…
Ku disini terkenang kasihmu
semalam saat kecilku mesra
belaianmu dan kini ku telah dewasa
tapi kasihmu tetap di ingati,

Bagai darah dengan daging
ikatan yang pasti tak akan putus
mampukah ku ganti dengan intan
permata betapa tinggi kasihmu ibu,

Ke sana ke mari mencari rezki penat
lelah tidak kau endahkan pahit manis
telah ibu rasakan bergadai nyawa untuk
melahirkan,

Beribu batu jauh ku tinggalkan
untuk mencari sebuah impian kini
ku sendiri cuba mengenal erti berdikari
bersama teman mengikat ukhuwah,

Masih segar di ingatanku nasihat
Ibu cukup bererti meneruskan perjalanan
banyak onak dan durinya teruslah cekal
dalam mencari kasih Ilahi,

Kata ibu bila sayang tinggal-tinggalkan
bila rindu jauh-jauhkan sedangkan kasih
dan sayang tak pernah berjarak
kini ku mengharap moga Tuhan membalas
jasamu pasti syuga adalah tempatmu.

October 20, 2012

Berilah Ibuku Seorang Menantu


Hikayat Ketika Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh

Ada saja cara Abu Nawas berdoa agar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, akhirnya Abu Nawas mendapatkan istri yang cantik dan shalihah.

Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa. Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.

Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

“Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah,” ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya. Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.

“Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku,” katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani “maksa” kepada Allah seperti doa sebelumnya.

“Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku,” begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga. Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia. Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.

Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya.

“Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu,” begitu doa Abu Nawas.

Barangkali karena keikhlasan dan “keluguan” Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.

Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.


October 5, 2012

Hanya Yang Mengenal Erti “CINTA”



Bila bicara tentang cinta ada yang tersenyum sendiri, dan ada yang tersipu malu. Mungkin hamba ini tidak pernah mengenal erti cinta juga mungkin tak pernah alami perasaan cinta, walau apapun cinta itu tetap hadir dalam diri cuma tanpa disedari, sedangkan untuk mendapat cinta yang selayaknya, iaitu cinta agung lagi mulia, untuk itu hanya perlu cinta kepada Sang Pencipta ALLah dan Kekasih-Nya MUHAMMAD, itu adalah cinta yang kekal abadi.
Ramai diantara sahabat-sahabat berbicara tentang soal cinta tapi lebih kepada cinta insani, boleh dikatakan itu adalah fitrah manusia, manusia normal la tu. Semua insan ada cita-cita, ada perasaan, tapi cukuplah sekadar di pendamkan di dalam hati. Sekadar menanda seseorang yang kita sukai adalah bukan menjadi kesalahan, tapi pada hari boleh dilihat, begitu jelas sekali kerana rasa cinta itu telah disalah ertikan.

Yang disalah ertikan itu adalah cinta insan yang tidak halal, yang bukan hak miliknya, sedangkan cinta adalah suci. Dengan pernikahan itulah yang dinamakan cinta yang suci, setelah diijab kabulkan. Islam agama yang suci dan telah memberi aturan yang betul serta tidak menyusahkan umatnya.

Dan pada hari ini dimanakah kesucian itu, dimana ikhtilat? Senang-senang meletakkan seseorang itu adalah kekasih tanpa ikatan yang halal, saling berbalas sms, bertemu mata bahkan berpegang tangan tanpa rasa malu sedikitpun. Saling merindui yang bukan haknya, alangkah indahnya jika yang dirindui itu adalah yang halal bagi kita.

Sebagai manusia biasa tiada sesiapa yang dapat menghindarkan diri dari mencintai seseorang meskipun seseorang yang belum kita kenali, sekiranya kita sudah bersedia dari segenap sudut maka seharusnya kita perlu lebih bersikap serius, yakin pada diri dan mengharap Redha Ilahi.

Perkataan cinta dibanyak ertikan, adakah cinta buta, cinta kerana nafsunya, Cinta kepada Pencipta ataupun cinta kepada makhluk, cinta juga adalah pengorbanan, adakalanya cinta memerlukan pengorbanan untuk untuk orang yang kita sayangi, untuk ibu dan ayah, juga sahabat.

Sesuatu yang kita tidak jangka akan terjadi pada diri kita sendiri, bagaimana jika suatu hari nanti sahabat yang paling akrab dengan kita akan menikah dengan orang yang kita paling sayangi atau cintai selama ini, itulah yang kita perlu korbankan.

Walaupun Jauhnya perjalanan yang telah kita jelajahi untuk mencapai cita-cita tapi terkadang bersama jua cinta yang kita kejarkan bukan menyalahkan pada cinta tapi pada diri sendiri. Haruskah terleka hanya kerana cinta. Ramai yang menyuruh “Kejarlah cita-cita sebelum mengejar cinta”, tapi hakikatnya cinta dan cita-cita tidak boleh dipisahkan, itu kerana ada di antara sahabat yang mengatakan cinta itu terkadang boleh membawa perubahan, ajaibkah cinta….?  Hanya yang mengenal erti cinta……

September 28, 2012

Tak sama apa yang sahabat lihat & rasakan


Walaupun seorang kawan tak pernah mengatakan padaku ‘’kau adalah sahabatku,’’ tapi kita tetap adalah kawan. Tidak semestinya kita perlu berjumpa dengannya sepanjang masa, walaupun di kejauhan hubungan kita tetaplah seperti dahulu……jarak dan masa mungkin akan berubah…….kita bersaudara atas nama islam, bersaudara sesama islam, sesama akidah. Apa salahnya betulkan niat bersilaturrahim kerana mencari redha Allah. Tanpa kawan siapalah boleh hidup seorang diri. Kawanlah yang menceriakan kita disaat kesedihan, kawanlah yang menolong di saat kesusahan. Yang menjadikan siapa kita dgn siapa kita berkawan……

Mungkin ramai antara kita yang mengharap untuk mendapat seorang sahabat yang baik, ambil tahu hal kita, lebih lebih lagi sahabat yang dapat memahami diri kita, tapi dalam masa yang sama kita lupa untuk mulakan dahulu yaitu kita yang patut ambil tahu hal keadaan sahabat kita, kita yang perlu menjadi baik, kita yang perlu lebih memahami sahabat kita, kita juga yang patut berkorban untuk sahabat kita……berkorban masa, harta, hanya untuk kebahgiaan sahabat kita….bila bertanya pada diri dapatkah kita lakukan semua itu…….

Terkadang susah untuk memberitahu sahabat kita apa yang kita perlu, dan apa yang kita rasakan, kekadang apa yang kita hadapi atau masalah kita mungkin hanya kita sahaja yang tahu…. Begitulah jua masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh sahabat kita, mungkin tidak sama dengan kita mungkin masalah sahabat kita lebih berat dan lebih sulit dari pemasalahan kita……. kerana itulah adanya sahabat kita yang lebih berahsia, ada suka berterus terang………..tapi ianya tidaklah semudah yang disangkakan......

“Sebab itulah apa yang kita rasakan tidak sama dengan apa yang orang lain lihat, dan apa yang kita lihat tidak sama dengan apa yang orang lain rasakan.”

Adakalanya kita tidak sefahaman dengan sahabat kita, bukan salah sahabat kita, mungkin kita yang tidak cuba untuk memahami kerana kita selalu ingin cuba untuk memenangi……...perbalahan bukanlah jalan penyelesaian maka itu hendaklah berbincang sesama sendiri…………perlu mencari jalan penyelesaian…..

Kita sebenarnya sudah punyai sahabat yang setia untuk membantu kita, Cuma kita sendiri yang tidak pernah cuba untuk menghargai sahabat…………

September 10, 2012

Pemuda Buruk Rupa


         Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Daud. Nabi Daud adalah seorang Nabi yang sangat menyayangi kaum muda, karena ia beranggapan bahwa pemudalah yang mampu merubah keadaan menjadi lebih baik.

         Nabi Daud mempunyai sebuah majlis ilmu, dan disanalah Ia mengajarkan risalah dan tuntunan wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Di majlis tersebut, sering datang seorang pemuda yang berwajah tak sedap dipandang mata. Apabila dilihat darimana saja, wajahnya tetap saja tak menyejukkan mata. Pemuda ini seringkali duduk berjam-jam. Tak jarang ketika semua orang telah bubar/bersurai pun ia masih merenung seorang diri. Tapi ada yang aneh dengan pemuda tersebut. Meski sering datang dan duduk lama, ia tak pernah mengucapkan sepatah kata pun, baik untuk bertanya maupun untuk mengemukakan pendapatnya.

         Suatu hari, datang ke majlis tersebut malaikat Izrail sang pencabut nyawa. Ia memandang pemuda itu dengan pandangan mata yang tajam. Nabi Daud merasakan ada yang tak beres, kemudian nabi Daud bertanya. “Aku diutus Allah untuk mencabut nyawanya minggu depan,” kata Izrail sambil menunjuk pemuda sang pemuda.

          Terkejut, setelah mendengar penjelasan tersebut nabi Daud pun jatuh kasihan pada sang pemuda. Kemudian dengan penuh kasih ia mendekati pemuda tersebut dan bertanya.

“Hai pemuda, sudahkah kau menikah?” tanya nabi Daud pada sang pemuda.

“Belum,” jawabnya jujur.

           Setelah mendengar pengakuan sang pemuda maka bertambah kasihanlah nabi Daud pada pemuda tersebut. Ditulisnya surat untuk seorang pemuka kaum Bani Israil dengan maksud meminang salah satu putrinya untuk dinikahkan dengan pemuda tersebut. Nabi Daud meminta sang pemuda untuk mengantarkan suratnya, dan alhamdulillah, pinangan tersebut langsung diterima. Betapa gembiranya hati sang pemuda kala itu. Maka pernikahan pun dilangsungkan dengan semua biaya ditanggung nabi Daud.
Setelah berbulan madu, sang pemuda yang kini telah beristri itu datang lagi ke majlis nabi Daud.

        ‘’ Hai pemuda, bagaimana bulan madumu selama seminggu,” sapa nabi Daud ketika melihat pemuda itu di dalam majelis.

“Aku belum pernah merasakan nikmat Allah yang sedahsyat itu,” jawab sang pemuda.

          Nabi Daud teringat, bahwa hari itu telah dijanjikan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa sang pemuda. Namun anehnya, malaikat Izrail tak nampak. Nabi Daud pun meminta kepada sang pemuda untuk datang ke majlisnya minggu depan. Tapi kejadian serupa terulang, Izrail tak menampakkan diri bahkan sampai delapan minggu. Pada suatu saat datanglah malaikat Izrail ke majlis Nabi Daud. Pada saat yang bersamaan pemuda itupun hadir pula. Nabi Daud pun langsung menegur malaikat Izrail.

“Mengapa engkau tak menepati janjimu padahal beberapa minggu telah berlalu?” tanya Nabi Daud A.S.

          “Wahai Daud Allah telah mengasihi pemuda itu karena kasih sayangmu padanya dan menyuruhnya menikah. Maka Allah memanjangkan umurnya sampai tiga puluh tahun lagi,” Jelas Izrail. Subhanallah, Maha Suci Engkau Ya… Allah…….. 
-------------------------------------------------------------------------------
            Suatu kisah yang menarik, boleh juga dijadikan hujah kepada sesiapa yang nak menikah sangat tu, cakap kat ibu-bapa bila cepat kawin nanti panjang umur ^_^......... Tapi sekarang ni bukan lagi di zaman Nabi Daud mahupn Nabi Muhammad S.A.W yang telahpn meninggalkan kita semua, tak mungkin terjadi, tapi adalah mengikut kajian yang pasti mengharungi bahtera perkahwinan itu dapat menjamin jangka hayat yang sihat dan panjang...^^,  walau apapn yang terjadi terserah pada ketentuan Ilahi kerana hanya Dia yang berhak menentukan hidup mati seseorang itu, samalah jua urusan jodoh itu adalah menjadi rahsia-Nya yang tiada siapapn ketahui.............andai dapat ku intai namanya di luh-mahfuz............

September 5, 2012

Bila Tuhan menguji.


        Aku kurang bersyukur dengan nikmat-Nya, sudah cukup apa padaku sekarang ini tiada apa yang aku perlukan lagi,

         Kehidupan dipenuhi ujian, bila digelar hamba Tuhan menguji dengan kemiskinan, Tuhan menguji dengan kekayaan harta,

        Aku tidak minta untuk menjadi kaya juga miskin tapi cukuplah sedikit, adanya sekadar untuk aku menyukurinya,

         Ku sedar aku ini masih lagi miskin amalku, andai Tuhan mengkayakan aku maka kayakanlah aku dengan amal akhiratku, moga itulah bekalku disana,

         Oh ibu, oh ayah, tidak ku pinta harta bergunung darimu tapi ku pinta hanyalah kasih dan sayang untukku, tak terbalas kasih ayah dan ibu, hanya amalku, hanya doaku, hanya kebaikanku pasti sampai,

         Oh Tuhan, jauhkanlah hamba dari kepalsuan dunia, kerana dunia adalah kepalsuan yang manis manakala akhirat adalah kebenaran yang pahit,

          Andai lagi aku bersyukur pasti Rahmat dan Kasih-Nya Tuhan tak pernah putus,

          Andai amanah itu ringan tak terasa pada bahuku, Tuhan lebih tahu kemampuan pada hamba-Nya, mampukah aku, kusedari Tuhan menguji pada apa yang kumampu.

          Bukan kerana Tuhan tidak memberikan kesenangan, tapi kerana kepahitan dunia sendiri adalah kenikmatan di akhirat.
                                   Belajar sabar di atas kesusahan,

                                   Belajar Redha di atas ketentuan,

                               Belajar syukur di atas pemberian-Nya,

                             Belajar menerima walau dari yang sedikit,

 


Ku mengharap pada jalan-Nya, moga apabila ku berjalan tanpa lagi dosa.

August 29, 2012

Tak berulang lagi.

Lama sudah syawal berlalu, ramadhan telah pn meningalkan ak, ku sedari istiqamah itu bukan pada sebutan tp pada perbuatanya. Peluang itu mungkin hanya sekali, terasa rugi jika hanya sedikit manfaat yg dikutip dari satu peluang itu.

Dan syawal ini lebih banyak dukanya dari kegembiraan, terasa kekosongan. Rasa rindu hanya Tuhan yg tahu.

Hari in ak masih seperti dulu tak pernah berubah, ku cuba untuk berubah tp betapa ku gagahi diri akhirnya ku rebah jua...adakah dinamakan perjalanan jika tanpa halangan....perjalanan tidaklah semudah yg disangka, dan ku cuba mengejar waktu itu tp apakan dayaku akhirnya waktu itu berlalu begitu sahaja.

Ku cuba menjadikan mimpi itu satu impian, tapi sememang ianya mimpi yg tak pernah menjadi nyata, dan adalah impian itu menjadi nyata jika ak tak pernah berputus asa.

Sekadar mengejar kasih insani tp tidak kasih Ilahi, akhirnya ku kecundang jua, ku terlalu mengharap pada yg tak pernah kekal, sedangkn kasih dan rahmat-Nya kekal dan melebihi dr segala2 nya.

Ku cuba untuk menjadi diriku sendiri, bukan hanya ikut-ikutan, biar apapun orang katakn. Kerana inilah diriku.

                                                   Bukan kehidupan jika tanpa ujian,

                                                Bukan perjalanan jika tanpa destinasi,

                                                    Bukan hati jika tanpa perasaan,

                                                   Bukan cinta jika tanpa kasihnya,

                                                      Bukan rindu jika tanpa duka,

                                              Bukan kebahgiaan jika tanpa penyatuan,

                                                    Bukan racun jika tanpa penawar,

                                        Bukan namanya hamba jika tanpa-Nya Pencipta,

                                 Dan bukanlah manusia jika tak pernah kamu rasai semua itu...

August 13, 2012

Kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu...?



             Pernah suatu hari Rasulullah SAW pulang dari perjalanan jihad fisabilillah. Beliau pulang diiringi para sahabat. Di depan pintu gerbang kota Madinah nampak Aisyah r.a sudah menunggu dengan penuh kangen.

              Rasa rindu kepada Rasulullah SAW sudah sangat terasa. Akhirnya Rasulullah SAW tiba juga ditengah kota Madinah. Aisyah r.a dengan sukacita menyambut kedatangan suami tercinta.


               Tiba Rasulullah SAW dirumah dan beristirahat melepas lelah. Aisyah dibelakang rumah sibuk membuat minuman untuk Sang suami. Lalu minuman itupun diberikan kepada Rasulullah SAW. Beliau meminumnya perlahan hingga hampir menghabiskan minuman tersebut tiba-tiba Aisyah berkata


                “ Yaa Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”.


                  Rasulullah SAW diam dan hendak melanjutkan meminum habis air digelas itu. Dan Aisyah bertanya lagi, Yaa Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”


                   Akhirnya Rasulullah SAW memberikan sebagian air yang tersisa di gelas itu Aisyah r.a meminum air itu dan ia langsung terus memuntahkan air itu.Ternyata air itu terasa masin bukan manis. Aisyah baru tersadar bahawa minuman yang ia buat dicampur dengan garam bukannya gula. Kemudian Aisyah r.a langsung meminta maaf kepada Rasulullah.


                   Itulah sebagian dari banyaknya kemuliaan akhlak Rasulullah SAW. Dia memaklumi kesalahan yang dilakukan oleh istrinya, tidak memarahinya atau menasihatinya dengan kasar. Rasulullah SAW memberi kita teladan bahwasanya akhlak yang mulia bisa kita mulai dari lingkungan terdekat dengan kita. Sebuah hadits menyebutkan, “ Lelaki yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya kepada istrinya”. Semoga kita diberi taufik untuk bisa meneladani akhlak Rasulullah SAW. 

---------------------------------------------------------------------------------------
                    Pada hari ini mungkin tidak ramai lelaki atau suami memuliakan isterinya, lebih-lebih lagi menjadi seorang pemaaf kepada isterinya bila menyedari ia melakukan sesuatu kesalahan, kepada lelaki2 di luar sana mampukah menjadi suami yang dapat bersabar dengan isterinya bahkan memuliakannya.

August 8, 2012

Bersyukurkah ak sebagai hamba-Nya.



Bersyukurkah aku sebagai hamba-Nya, tiada siapapun pernah memikirkan bagaimana jika sekiranya jika kita sendiri tidak pernah mengunakan dan mengambil manfaat yang diberikan pada kita....diantara salah satu nikmat yg Tuhan berikan pada manusia iaitu nikmat angota tubuh badang yg lengkap, cukup kesemuanya kedua belah kaki, tangan, mata, mulut,telinga, dan hidung dan banyak lagi...tapi bersyukurkah aku sebagai insan yang kerdil ini, betapa tidak bersyukurnya...

Betapa manusia itu tidak bersyukur, Pernahkah kita mengunaknnya untuk jalan kebaikan, pernah tak kita ringankan tulang kita untuk jalankan kerja dakwah, menjalankan tanggunjawap sebagai muslim, jika kita Tanya pada kaki kita berapa banyak sudah tempat maksiat yang telah kita lewati...tapi bukan pada tempat majlis2 ilmu, tempat2 ibadah tambahan lagi rumah Allah...beratkah kaki kita untuk melangkah ke rumah Allah...beratkah kita menjalankn ibadah sebaga seorang muslim...tak malukah kita pada Allah.
Sekadar Hiasan.

Betapa manusia itu tidak bersyukur, terkesan dihati bila melihat seorang pak cik arab yang kudung kakinya, yang sudah separuh umur....beliau masih lagi gagah untuk ke masjid menjalankn tanggjawap sebagai seorang muslim..dengan hanya memakai kaki palsu serta bertongkat...yang pastinya mungkin disebabkan insiden atau apa2 jenis penyakit, satu andaian terasa malunya pada diri sndiri, kerana diri ini tidak pernah mensyukuri akan nikmat-Nya.....

Ditambah bila solat bersebelahan dgn pakcik itu, terasa ingin mengalirkan air mata ini, bukan kerana sedih dengan keadaan pak cik itu, tapi kerana iman pada diri tidak sekuatnya.lemahnya aku sebagai insan ini…..
Masihkah ada lagi insan2 yang hatinya terpaut dengan masjid.

Hari Jumaat 4/5/2012

August 5, 2012

Abang tak pernah berikan cinta yang sayang inginkan.


''Selama ini mungkin kita tidak pernah menyedari bahawa sebenarnya cinta itu telah hadir dalam ‘kewujudan’ yang tidak pernah kita bayangkan sebelum ini, cuma kita sendiri yang tidak pernah menyedari akan kehadiranya''.........satu kisah menarik untuk perkongsian bersama....
_____________________________________________________________________

Soalan:

Saya sudah berkahwin selama 8 tahun dan dikurniakn anak perempuan…selama tempoh perkahwinan tu saya tak menemui cinta yg saya harapkn seperti mana pasangan lain,hidup saya kosong sampai sekarang dan saya masih mencari dalam diri saya apakah masih ada cinta untuk saya nikmati dan rasai…dan apekah yg perlu sy lakukan bg mengelakkn cinta sy berubah pd perkara yg salah?

Terlebih dahulu saya ingin memohon maaf jika saya tidak memberikan jawapan yang sesuai, tetapi saya sediakan sebuah kisah yang mungkin berkaitan dengan anda (dipetik dari internet). InsyaAllah…Silalah membacanya:
Cinta Yang Pada Suami Yang Semakin Pudar
Suami saya adalah serorang jurutera, saya mencintai sifatnya yang semulajadi dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika bersandar dibahunya.
3 tahun dalam masa perkenalan dan 2 tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahawa saya mulai merasa letih…lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimental dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindui saat-saat romantis seperti seorang anak kecil yang sentiasa mengharapkan belaian ayah dan ibunya. Tetapi, semua itu tidak pernah saya perolehi. Suami saya jauh berbeza dari yang saya harapkan. Rasa
sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam perkahwinan kami telah mematahkan semua harapan saya terhadap cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahawa saya inginkan penceraian.
“Mengapa?”Dia bertanya dengan nada terkejut.
“Siti letih, Abang tidak pernah cuba memberikan cinta yang saya inginkan.” Dia diam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, nampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang lelaki yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang boleh saya harapkan daripadanya? Dan akhirnya dia bertanya.
“Apa yang Abang boleh lakukan untuk mengubah fikiran Siti?” Saya merenung matanya dalam-dalam dan menjawab dengan perlahan.
“Siti ada 1 soalan, kalau Abang temui jawapannya didalam hati Siti, Siti akan mengubah fikiran Siti.
Seandainya, Siti menyukai sekuntum bunga cantik yang ada ditebing gunung dan kita berdua tahu jika Abang memanjat gunung-gunung itu, Abang akan mati. Apakah yang Abang akan lakukan untuk Siti?”
Dia termenung dan akhirnya berkata, “Abang akan memberikan jawapannya esok.” Hati saya terus gundah mendengar responnya itu. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemi selembar kertas dengan coretan tangannya dibawah sebiji gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan…
‘Sayangku, Abang tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkan Abang untuk menjelaskan alasannya.” Kalimah pertama itu menghancurkan hati saya. Namun, saya masih terus ingin membacanya.
“Siti boleh menaip dikomputer dan selalu mengusik program didalamnya dan akhirnya menangis di depan monitor, Abang harus memberikan jari-jari Abang supaya boleh membantu Siti untuk memperbaiki program tersebut.”
“Siti selalu lupa membawa kunci rumah ketika Siti keluar, dan Abang harus memberikan kaki Abang supaya boleh menendang pintu, dan membuka pintu untuk Siti ketika pulang.”
“Siti suka jalan-jalan di shopping complexs tetapi selalu tersasar dan ada ketikanya sesat di tempat-tempat baru yang Siti kunjungi, Abang harus mencari Siti dari satu lot kedai ke satu lot kedai yang lain mencarimu dan membawa Siti pulang ke rumah.”
“Siti selalu sengal-sengal badan sewaktu ‘teman baik’ Siti datang setiap bulan, dan Abang harus memberikan tangan Abang untuk memicit dan mengurut kaki Siti yang sengal itu.”
“Siti lebih suka duduk di rumah, dan Abang selalu risau Siti akan menjadi ‘pelik’. Dan Abang harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburkan Siti dirumah atau meminjamkan lidah Abang untuk menceritakan hal- hal kelakar yang Abang alami.”
“Siti selalu menatap komputer, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesihatan mata Siti, Abang harus menjaga mata Abang agar ketika kita tua nanti, abang dapat menolong mengguntingkan kukumu dan memandikanmu.”
“Tangan Abang akan memegang tangan Siti, membimbing menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.”
“Tetapi sayangku, Abang tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Kerana, Abang tidak sanggup melihat airmatamu mengalir menangisi kematian Abang.”
“Sayangku, Abang tahu, ada ramai orang yang boleh mencintaimu lebih daripada Abang mencintai Siti.”
“Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan oleh tangan, kaki, mata Abang tidak cukup bagi Siti. Abang tidak akan menahan diri Siti mencari tangan, kaki dan mata lain yang dapat membahagiakan Siti.”

Airmata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuatkan tulisannya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya lagi.
“Dan sekarang, Siti telah selesai membaca jawapan Abang. Jika Siti puashati dengan semua jawapan ini, dan tetap inginkan Abang tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, Abang sekarang sedang berdiri di luar sana menunggu jawapan Siti.”
“Tetapi, jika Siti tidak puas hati, sayangku…biarkan Abang masuk untuk mengemaskan barang-barang Abang, dan Abang tidak akan menyulitkan hidupmu. Percayalah, bahagia Abang bila Siti bahagia.”

Saya terpegun.. Segera mata memandang pintu yang terkatup rapat. Lalu saya segera berlari membukakan pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah gusar sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.
Oh! Kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah beransur-ansur hilang dari hati kita kerana kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam ‘kewujudan’ yang kita inginkan, maka cinta itu telah hadir dalam ‘kewujudan’ yang tidak pernah kita bayangkan sebelum in
Semoga kisah ini dapat sedikit sebanyak memberi panduan dan menjawab soalan yang dikemukakan..


July 29, 2012

Lelaki Soleh dan Cinta, Pertunangan di tolak.


Rasanya nk post je artikel ni......cepat je like kalau bab minang2 ni he2...dalam kehidupan kita seharian bukanlah setiap perkara itu indah, kerana setiap apa yang kita mahukan atau kita harapkan tidak semestinya akan jadi milik kita....dan kita sebagai insan yang lemah ini masih tidak dapat membezakan di antara mana orang yang kita sukai atau orang yang kita cintai....sebab itu dalam pemilihan calon amat dititik beratkan bagi menjamin rumah tangga yang bahagia.....tp adakah semudah itu, tapi kita ini sebagai insan hanyalah menyerah pada takdir-Nya jika yang ditetapkan itu sememangnya adalah jodoh kita maka kita perlu trima.....Pilihlah di antara orang yang kamu cintai atau orang yang mencintaimu....

-------------------------------------------------------------

“Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya datang meminang,” kata Rasulullah mengandaikan sebuah kejadian sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, “Maka, nikahkanlah dia.” Rasulullah memaksudkan perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri seseorang.

“Apabila engkau tidak menikahkannya,” lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, “Niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.”

Di sini Rasulullah mengabarkan sebuah ancaman atau konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara umum berupa fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan. Bisa jadi perkataan Rasulullah ini menjadi hal yang sangat berat bagi para orang tua dan putri-putri mereka, terlebih lagi jika ancaman jika tidak menurutinya adalah fitnah dan kerusakan yang meluas di muka bumi.

Kita boleh mengira-gira jenis kerosakan apa yang akan muncul jika seseorang yang berniat melamar seseorang kerana mempertahankan kesucian dirinya dan dihalang- halangi serta dipersulit urusan pernikahannya. Inilah salah satu jenis kerosakan yang banyak terjadi di dunia modern ini, meskipun banyak di antara mereka tidak meminang siapapun.

Mari kita belajar tentang pinangan lelaki shalih dari kisah cinta sahabat Rasulullah dari Persia, Salman Al Farisi. Dalam Jalan Cinta, Salim A Fillah mengisahkan romansa cintanya. Salman Al Farisi, lelaki Persia yang baru bebas dari perbudakan fisik dan perbudakan konsepsi hidup itu ternyata mencintai salah seorang muslimah shalihah dari Madinah.

Ditemuinya saudara seimannya dari Madinah, Abud Darda’, untuk melamarkan sang perempuan untuknya.
“Saya,” katanya dengan aksen Madinah memperkenalkan diri pada pihak perempuan, “Adalah Abud Darda’.”

“Dan ini,” ujarnya seraya memperkenalkan si pelamar, “Adalah saudara saya, Salman Al Farisi.” Yang diperkenalkan tetap membisu.

Jantungnya berdebar. “Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan
amal dan jihadnya.

Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya.

Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya,” tutur Abud Darda’ dengan fasih dan terang.

“Adalah kehormatan bagi kami,” jawab tuan rumah atas pinangan Salman, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia.

Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami.”

Yang dipinang pun ternyata berada di sebalik tabir ruang itu. Sang putri shalihah menanti dengan debaran hati yang tak pasti. ”

Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili putrinya. ”

Tapi, karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman.” Ah, romansa cinta Salman memang jadi indah di titik ini.
Sebuah penolakan pinangan oleh orang yang dicintainya, tapi tidak mencintainya. Salman harus membenturkan dirinya dengan sebuah hukum cinta yang lain, keserasaan. Inilah yang tidak dimiliki antara Salman dan perempuan itu.

Rasa itu hanya satu arah saja, bukan sepasang. Salman ditolak. Padahal dia adalah lelaki shalih. Lelaki yang menurut Ali bin Abi Thalib adalah sosok perbendaharaan ilmu lama dan baru, serta lautan yang tak pernah kering. Ia memang dari Persia, tapi

‘’Rasulullah berkata tentangnya, “Salman Al Farisi dari keluarga kami, ahlul bait.”

Lelaki yang bertekad kuat untuk membebaskan dirinya dari perbudakan dengan menebus diri seharga 300 tunas pohon kurma dan 40 uqiyah emas.

Lelaki yang dengan kecerdasan pikirnya mengusulkan strategi perang parit dalam Perang Ahzab dan berhasil dimenangkan Islam dengan gemilang.

Lelaki yang di kemudian hari dengan penuh amanah melaksanakan tugas dinasnya di Mada’in dengan mengendarai seekor keledai, sendirian.

Lelaki yang pernah menolak pembangunan rumah dinas baginya, kecuali sekadar saja.

Lelaki yang saking sederhana dalam jabatannya pernah dikira kuli panggul di wilayahnya sendiri. Lelaki yang di ujung sekaratnya merasa terlalu kaya, padahal di rumahnya tidak ada seberapa pun perkakas yang berharga.

Lelaki shalih ini, Salman Al Farisi, ditolak pinangannya oleh perempuan yang dicintanya. Salman ditolak.
Alasannya ternyata sederhana saja. Dengarlah. “Namun, jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan,” kata si ibu perempuan itu melanjutkan perkataannya.

Anda mengerti? Si perempuan shalihah itu menolak lelaki shalih peminangnya karena ia mencintai lelaki yang lain. Ia mencintai si pengantar, Abud Darda’.

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak. Ada juga kisah cinta yang lain. Abu Bakar Ash Shiddiq meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah. Ia ingin mempererat kekerabatannya dengan Sang Rasul dengan pinangan itu. Saat itu usia Fathimah menjelang delapan belas tahun. Ia menjadi perempuan yang tumbuh sempurna dan menjadi idaman para lelaki yang ingin menikah. Keluhuran budi, kemuliaan akhlaq, kehormatan keturunan, dan keshalihahan jiwa menjadi penarik yang sangat kuat.
“Saya mohon kepadamu,” kata Abu Bakar kepada Rasulullah sebagaimana dikisahkan Anas dalam Fatimah Az Zahra,

“Sudilah kiranya engkau menikahkan Fathimah denganku.” Dalam riwayat lain, Abu Bakar melamar melalui putrinya sekaligus Ummul Mukminin Aisyah.

Mendapat pinangan dari lelaki shalih itu, Rasulullah hanya terdiam dan berpaling. “Sesungguhnya, Fathimah masih kecil,” kata beliau dalam riwayat lain. “Hai Abu Bakar, tunggulah sampai ada keputusan,” kata Rasulullah. Yang terakhir ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat.

Maksud Rasulullah dengan menunggu keputusan adalah keputusan dari Allah atas kondisi dan keadaan itu, apakah menerima pinangan itu atau tidak.

Ketika Umar bin Khathab mendengar cerita ini dari Abu Bakar langsung, ia mengatakan, “Hai Abu Bakar, beliau menolak pinanganmu.” Kemudian Umar mengambil kesempatan itu. Ia mendatangi Rasulullah dan menyampaikan pinangannya untuk menikahi Fathimah binti Muhammad. Tujuannya tidak terlalu berbeda dengan Abu Bakar. Bahkan jawaban yang diberikan Rasulullah kepada Umar pun sama dengan jawaban yang diberikan kepada Abu Bakar.

“Sesungguhnya, Fathimah masih kecil,” ujar beliau. “Tunggulah sampai ada keputusan,” kata Rasulullah. Ketika Abu Bakar mendengar cerita ini dari Umar bin Khathab langsung, ia mengatakan, “Hai Umar, beliau menolak pinanganmu.” Kita bisa membayangkan itu? Dua orang lelaki paling shalih di masa hidup Rasulullah pun ditolak pinangannya.

Abu Bakar adalah sahabat paling utama di antara seluruh sahabat yang ada. Kepercayaannya kepada Islam dan kerasulan begitu murni, tanpa reverse ataupun setitis keraguan. Karena itulah ia mendapat julukan Ash Shiddiq.

Ia adalah lelaki yang disebutkan Al Qur’an sebagai pengiring jalan hijrah Rasulullah di dalam gua.

Ia adalah dai yang banyak memasukkan para pembesar Mekah dalam pelukan Islam.

Ia adalah pembebas budak-budak muslim yang senantiasa tertindas.

Ia adalah lelaki yang menginfakkan seluruh hartanya untuk jihad, dan hanya menyisakan Allah dan Rasul- Nya bagi seluruh keluarganya.

Ia adalah orang yang ingin diangkat sebagai kekasih oleh Rasulullah.

Ia adalah salah satu lelaki yang telah dijamin menginjakkan tumitnya di kesejukan taman jannah.

Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah. Sementara, siapa tidak mengenal lelaki shalih lain bernama Umar bin Khathab.

Ia adalah pembeda antara kebenaran dan kebathilan.

Ia dan Hamzah lah yang telah mengangkat kemuliaan kaum muslimin di masa- masa awal perkembangannya di Mekah.

Ia lelaki yang seringkali firasatnya mendahului turunnya wahyu dan ayat-ayat ilahi kepada Rasulullah.

Ia adalah lelaki yang dengan keberaniannya menantang kaum musyrikin saat ia akan berangkat hijrah, ia melambungkan nama Islam.

Ia lelaki yang sangat mencintai keadilan dan menegakkannya tatkala ia menggantikan posisi Rasulullah dan Abu Bakar di kemudian hari.

Ia pula yang di kemudian hari membuka kunci-kunci dunia dan membebaskan negeri-negeri untuk menerima cahaya Islam.

Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah S.A.W.

Mari kita simak kenapa pinangan dua lelaki shalih ini ditolak Rasulullah. Ketika itu, Ali bin Abi Thalib datang menemui Rasulullah. Shahabat- shahabatnya dari Anshar, keluarga, bahkan dalam sebuah riwayat termasuk pula dua lelaki shalih terdahulu mendorongnya untuk datang meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah.

Ia menemui Rasulullah dan memberi salam.
“Hai anak Abu Thalib,” sapa Rasulullah pada Ali dengan nama kunyahnya, ”Ada perlu apa?” Simaklah jawaban lugu yang disampaikan Ali kepada Rasulullah sebagaimana dinukil Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat.

“Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah,” katanya lirih hampir tak terdengar.

Dengar dan rasakan kepolosan dan kepasrahan dari setiap diksi yang terucap dari Ali bin Abi Thalib itu. Kepolosan dan kepasrahan seorang pecinta akan cintanya yang demikian lama. Ia menggunakan pilihan kata yang sangat lembut di dalam jiwa,

“Terkenang.”

 Kata ini mewakili keterlamaan rasa dan gelora yang terpendam, bertunas menembus langit-langit realita, transliterasi rasa.

“Ahlan wa sahlan!” kata Rasulullah menyambut perkataan Ali.

Senyum mengiringi rangkaian kata itu meluncur dari bibir mulia Rasulullah. Kita tidak usah sebingung Ali memahami jawaban Rasulullah. Jawaban itu bermakna bahwa pinangan Ali diterima oleh Rasulullah seperti yang dipahami rekan-rekan Ali.

Mari kita biarkan Ali dengan kebahagiaan diterima pinangannya oleh Rasulullah. Mari kita melihat dari perspektif yang lebih fokus untuk memahami penolakan pinangan dua lelaki shalih sebelumnya dan penerimaan lelaki shalih yang ini. Kita boleh punya pendapat tersendiri tentang masalah ini.

Ketika Rasulullah menjelaskan alasan kepada Abu Bakar dan Umar berupa penolakan halus, kita tidak bisa menerimanya secara letter lijk. Sebab bisa jadi itu adalah bahasa kias yang digunakan Rasulullah.
Misalnya ketika Rasulullah mengatakan bahwa Fathimah masih kecil, tentu saja ini tidak bisa diterjemahkan sebagai kecil secara harfiah, sebab saat itu usia Fathimah sudah hampir delapan belas tahun. Sebuah usia yang cukup matang untuk ukuran masa itu dan bangsa Arab. Sementara Rasulullah sendiri berumah tangga dengan Aisyah pada usia setengah usia Fathimah saat itu. Maka, kita harus memahami kalimat penolakan itu sebagai bahasa kias.

Saat Rasulullah meminta Abu Bakar dan Umar bin Khathab untuk menunggu keputusan, ini juga diterjemahkan sebagai penolakan sebagaimana dipahami dua lelaki shalih itu. Jadi, pernyataan Rasulullah itu bukan pernyataan untuk menggantung pinangan, sebab jika pinangan itu digantung, tentu saja Umar dan Ali tidak boleh meminang Fathimah. Pernyataan itu adalah sebuah penolakan halus. Atau bisa jadi, saat itu

Rasulullah punya harapan lain bahwa Ali bin Abi Thalib akan melamar Fathimah.

Beliau tahu sebab sejak kecil Ali telah bersamanya dan banyak bergaul dengan Fathimah. Interaksi yang lama dua muda mudi sangat potensial menumbuhkan tunas cinta dan memekarkan kuncup jiwanya. Ini dibuktikan dari pernyataan Rasulullah untuk meminta dua lelaki shalih itu menunggu keputusan Allah tentang pinangannya. Jadi, dalam hal ini kemungkinan Rasulullah mengetahui bahwa putrinya dan Ali telah saling mencintai. Sehingga Rasulullah pun punya harapan pada keduanya untuk menikah.

Rasulullah hanya sedang menunggu pinangan Ali. Di masa mendatang sejarah membuktikan ketika Ali dan Fathimah sudah menikah, ia berkata kepada Ali, suaminya,

“Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda.”

Saya yakin kita tahu siapa yang dimaksud oleh Fathimah. Ini perspektif saya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan singkat Ali,

“Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah.”

 Satu kalimat itu sudah mewakili apa yang diinginkan Ali. Rasulullah sangat memahami ini. Beliau adalah seseorang yang sangat peka akan apa-apa yang diinginkan orang lain dari dirinya. Beliau memiliki empati terhadap orang lain dengan demikian kuat. Beliau memahami bentuk sempurna keinginan seseorang seperti Ali dengan beberapa kata saja. Dan jawaban Rasulullah pun menunjukkan hal yang serupa, “Ahlan wa sahlan!” Ungkapan sambutan selamat datang atas sebuah penantian.

Jadi, dengan perspektif ini, kita akan memahami bahwa lelaki shalih yang datang untuk meminang bisa ditolak pinangannya, tanpa akan menimbulkan fitnah di muka bumi ataupun kerusakan yang meluas.

Wanita shalihah yang dipinang Salman Al Farisi telah menunjukkan kepada kita, bahwa ia mencintai Abud Darda’ dan menolak pinangan lelaki shalih dari Persia itu.

Rasulullah pun telah menunjukkan pada kita bahwa ia menolak pinangan dua lelaki tershalih di masanya karena Fathimah mencintai lelaki shalih yang lain, Ali Bin Abu Thalib.

Di sini, kita belajar bahwa cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.

Mari kita dengarkan sebuah kisah yang dikisahkan Ibnu Abbas dan diabadikan oleh Imam Ibnu Majah. Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah.

“Wahai Rasulullah,” kata lelaki itu,
“Seorang anak yatim perempuan yang dalam tanggunganku telah dipinang dua orang lelaki, ada yang kaya dan ada yang miskin.”

“Kami lebih memilih lelaki kaya,” lanjutnya berkisah, “Tapi dia lebih memilih lelaki yang miskin.”
 Ia meminta pertimbangan kepada Rasulullah atas sikap yang sebaiknya dilakukannya. “Kami,” jawab Rasulullah,

“Tidak melihat sesuatu yang lebih baik dari pernikahan bagi dua orang yang saling mencintai, lam nara lil mutahabbaini mitslan nikahi.”

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak. Di telinga dan jiwa lelaki ini, perkataan Rasulullah itu laksana setitis embun di kegersangan hati. Menumbuhkan tunas yang hampir mati diterpa badai kemarau dan panasnya bara api. Seakan-akan Rasulullah mengatakannya khusus hanya untuk dirinya. Seakan-akan Rasulullah mengingatkannya akan ikhtiar dan agar tiada sesal di kemudian hari.

“Cinta itu,” kata Prof. Dr. Abdul Halim Abu Syuqqah dalam Tahrirul Ma’rah fi ‘Ashrir Risalah,

“Adalah perasaan yang baik dengan kebaikan tujuan jika tujuannya adalah menikah.”

Artinya yang satu menjadikan yang lainnya sebagai teman hidup dalam bingkai pernikahan. Dengan maksud yang serupa,

Imam Al Hakim mencatat bahwa Rasulullah bersabda tentang dua manusia yang saling mencintai.

“Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah) oleh orang- orang yang saling mencintai,” kata Rasulullah, “Seperti halnya pernikahan.” Ya, tidak ada yang lebih indah. Ini adalah perkataan Rasulullah. Dan lelaki ini meyakini bahwa perkataan beliau adalah kebenaran. Karena bagi dua orang yang saling mencintai, memang tidak ada yang lebih indah selain pernikahan. Karena cintalah yang menghapus fitnah di muka bumi dan memperbaiki kerusakan yang meluas, insya Allah. Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.

Sumber.

''Semoga ianya bermanfaat"